Produksi Karet di Indonesia
TUGAS
MATA KULIAH
BUDIDAYA
TANAMAN PERKEBUNAN
“PRODUKSI
TANAMAN KARET DI INDONESIA”
Disusun
oleh:
Nama NPM
Shella
Esterina 143112500150026
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
NASIONAL
JAKARTA
JUNI
2017
A. Tanaman
Karet
Tanaman karet (Hevea
brasiliensis)
merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomis tinggi. Karet merupakan
tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya Brasil. Sebelum dipopulerkan
sebagai tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli
Amerika Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis
tanaman penghasil getah. Karet masuk ke Indonesia pada tahun 1864, mula-mula
karet ditanam di kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi. Dari tanaman koleksi
karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan
komersial.
Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi
lembaran karet (sheet), bongkahan
(kotak), atau karet remah (crumb rubber)
yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun
karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan bangunan,
misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain.
Menurut KEMENPERIN (2012), Prospek industri karet masih terbuka luas
sejalan dengan bergesernya konsumsi karet dunia dari Eropa dan Amerika ke Asia.
Untuk itu, industri karet harus mampu berproduksi maksimal apalagi pasokan
karet domestik semakin besar pascapembatasan ekspor. Indonesia memiliki areal
karet paling luas di dunia, yaitu 3,4 juta ha dengan produksi karet per tahun
2,7 juta ton. Meski begitu, produktivitasnya hanya 1,0 ton/ha, lebih rendah
daripada Malaysia (1,3 ton/ha) dan Thailand (1,9 ton/ha). Produksi karet di
Indonesia, Thailand, dan Malaysia berkontribusi 85% dari total produksi dunia.
Namun, Indonesia memiliki kesempatan paling besar untuk memimpin industri karet
dunia. Harga karet dunia saat ini masih mengalami tekanan akibat turunnya
permintaan. Oleh karena itu, tiga negara utama produsen karet alam bersepakat
menahan penurunan harga dengan mengurangi ekspor sejak Agustus lalu. Artinya
pasokan karet di dalam negeri akan semakin melimpah.
B. Produksi
Karet di Indonesia
Pohon karet memerlukan suhu tinggi yang konstan (26-32oC) dan lingkungan yang lembab supaya
dapat berproduksi maksimal. Kondisi-kondisi ini ada di Asia Tenggara tempat
sebagian besar karet dunia diproduksi. Sekitar 70% dari produksi karet global
berasal dari Thailand, Indonesia dan Malaysia.
Sebatang pohon karet
memerlukan
waktu tujuh tahun untuk mencapai usia produksinya. Setelah itu, pohon karet
tersebut dapat berproduksi sampai berumur 25 tahun. Karena siklus yang panjang
dari pohon ini, penyesuaian suplai jangka pendek tidak bisa dilakukan.
Berdasarkan negara
penghasil karet pada tahun 2014:
1.
Thailand (4.070.000)
2.
Indonesia (3.200.000)
3.
Malaysia (1.043.000)
4.
Vietnam (1,043.000)
5.
India (
849.000)
dapat dilihat, bahwa
Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua di dunia. Kebanyakan hasil
produksi karet di Indonesia kurang lebih 80%, diproduksi oleh petani-petani
kecil. Umumnya, produksi karet di Indonesia berasal dari provinsi Sumatera
Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.
Total luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat
secara stabil selama satu dekade terakhir. Di tahun 2015, perkebunan karet di
negara ini mencapai luas total 3,65 juta hektar. Karena prospek industri karet
positif, telah ada peralihan dari perkebunan-perkebunan komoditi
seperti kakao, kopi dan teh, menjadi
perkebunan-perkebunan kelapa sawit dan karet. Jumlah perkebunan karet
milik petani kecil telah meningkat, sementara perkebunan pemerintah dan swasta telah agak berkurang,
kemungkinan karena perpindahan fokus ke kelapa sawit.
Sekitar 85% dari produksi karet Indonesia diekspor.
Hampir setengah dari karet yang diekspor ini dikirimkan ke negara-negara Asia
lain, diikuti oleh negara-negara di Amerika Utara dan Eropa. Lima negara yang
paling banyak mengimpor karet dari Indonesia adalah Amerika Serikat (AS),
Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Jepang, Singapura, dan Brazil. Konsumsi karet
domestik kebanyakan diserap oleh industri-industri manufaktur Indonesia
(terutama sektor otomotif).
Menurut Direktorat
Jendral Perkebunan, luas areal dan produksi karet dari status pengusahaan tahun
2012-2016, dapat dilihat dalam tabel:
Tabel
1. Luas Areal Perkebunan Karet Tahun 2012-2016
Tahun
|
Luas Areal (ha)
|
|||
PR / Smallholder
|
PBN / Government
|
PBS / Private
|
Jumlah
|
|
2012
|
2.977.918
|
259.005
|
269.278
|
3.506.201
|
2013
|
3.026.020
|
247.068
|
282.859
|
3.555.946
|
2014
|
3.067.388
|
229.940
|
308.917
|
3.606.245
|
2015 *)
|
3.070.508
|
230.900
|
320.179
|
3.621.587
|
2016 **)
|
3.072.769
|
231.707
|
335.219
|
3.639.695
|
Tabel 2. Produksi Karet Tahun
2012-2016
Tahun
|
Produksi (Ton)
|
|||
PR / Smallholder
|
PBN / Government
|
PBS / Private
|
Jumlah
|
|
2012
|
2.377.228
|
304.602
|
330.424
|
3.012.254
|
2013
|
2.655.942
|
255.616
|
325.875
|
3.237.433
|
2014
|
2.583.439
|
227.783
|
341.964
|
3.153.186
|
2015 *)
|
2.520.472
|
228.876
|
358.912
|
3.108.260
|
2016 **)
|
2.553.928
|
231.716
|
372.141
|
3.157.785
|
Tabel 3. Ekspor-Impor Karet Tahun
2012-2015
Tahun
|
Ekspor
|
Impor
|
||
Volume (Ton)
|
Nilai (US$)
|
Volume (Ton)
|
Nilai (US$)
|
|
2012
|
2.444.503
|
7.861.947
|
26.908
|
69.804
|
2013
|
2.701.995
|
6.906.952
|
24.527
|
52.045
|
2014
|
2.623.471
|
4.741.574
|
28.753
|
48.343
|
2015 *)
|
2.009.712
|
2.924.307
|
24.864
|
32.229
|
Keterangan:
1.
PR
(Perkebunan Rakyat)
2.
PBN
(Perkebunan Negara)
3.
PBS
(Perkebunan Swasta)
4.
Angka
Sementara *)
5.
Angka
Estimasi **)
Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil
karet yang lain, Indonesia memiliki level produktivitas per hektar yang rendah.
Hal ini ikut disebabkan oleh fakta bahwa usia pohon-pohon karet di Indonesia
umumnya sudah tua dikombinasikan dengan kemampian investasi yang rendah dari
para petani kecil, sehingga mengurangi hasil panen. Sementara Thailand
memproduksi 1.800 kilogram (kg) karet per hektar per tahun, Indonesia hanya
berhasil memproduksi 1.080 kg/ha. Baik Vietnam (1.720 kg/ha) maupun Malaysia
(1.510 kg/ha) memiliki produktivitas karet yang lebih tinggi.
Industri hilir karet Indonesia masih belum banyak
dikembangkan. Saat ini, negara ini tergantung pada impor produk-produk karet
olahan karena kurangnya fasilitas pengolahan-pengolahan domestik dan kurangnya
industri manufaktur yang berkembang baik. Rendahnya konsumsi karet domestik
menjadi penyebab mengapa Indonesia mengekspor sekitar 85% dari hasil produksi
karetnya. Kendati begitu, di beberapa tahun terakhir tampak ada perubahan
(walaupun lambat) karena jumlah ekspor sedikit menurun akibat meningkatnya konsumsi
domestik. Sekitar setengah dari karet alam yang diserap secara domestik
digunakan oleh industri manufaktur ban, diikuti oleh sarung tangan karet,
benang karet, alas kaki, ban vulkanisir, sarung tangan medis dan alat-alat
lain.
C. Proyeksi
Produksi Karet Tahun 2017
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo)
memprediksi produksi karet dalam negeri tahun ini berpotensi
terdongkrak dari produksi tahun 2016. Hal itu disebabkan karena naiknya
harga karet sehingga membuat minat petani karet menyadap
kembali naik. Berdasarkan
data Gapkindo, perkiraan produksi karet tahun 2016 sebesar 3,182
juta ton. Sementara pada tahun 2017 diproyeksikan bisa mencapai 3,277 juta ton
atau naik sekitar 2,98%.
Menurut Direktur
Eksekutif Suharto Honggokusumo,
mengatakan faktor penyebab kenaikan produksi karet tahun ini adalah
kenaikan harga karet yang
sudah mencapai Singapore Exchange Limited
(SGX) US$ 2,2 per kilogram (kg) atau US$ 2,8 berdasarkan perdagangan Tokyo Commodity Exchange (Tocom).
Namun Indonesia menggunakan SGX. Sebelumnya pada Maret
2016 harga karet sempat
menyentuh US$ 1,03 per kg. Kenaikan harga karet menjadi salah satu
pemicu optimisme naiknya produksi karet tahun ini.
Terdapat
dua faktor penyebab kenaikan harga karet:
1. Faktor Fundamental
dimana kenaikan penjualan
mobil di China mencapai 6% pada tahun 2016 sehingga mendorong peningkatan
konsumsi karet. Sementara pada waktu bersamaan
produksi karet berkurang karena banjir dan hujan terjadi di
Indonesia, Malaysia, dan Thailand
yang merupakan negara produsen karet.
Naiknya harga minyak dunia di atas US$ 50
per kg. Meskipun tidak ada hubungan karet sitentis yang bahan bakunya
minyak, dengan karet alam, tapi ini mempengaruhi faktor psikologis
pasar.
2. Faktor Teknis
Seperti cuaca yang terjadi pada tahun lalu
juga membuat produksi karet anjlok karena hujan yang berkepanjangan.
Di sisi lain, pada bulan Februari hingga April tahun ini akan terjadi gugur
daun pada tanaman karet yang
mempengaruhi produksi karet.
D. Daftar
Pustaka
ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/statistik/.../KARET%202014-2016.pdf, DIAKSES
11 Juni 2017
digilib.unila.ac.id/3626/14/BAB%20II.pdf, DIAKSES
11 Juni 2017
http://industri.kontan.co.id/news/proyeksi-produksi-karet-2017-capai-327-juta-ton, DIAKSES 11 Juni 2017
Komentar
Posting Komentar